Bukit Babi, Pesona Alam dan Warisan Budaya di Perbatasan Kapuas Hulu

Bukit Babi di Dusun Kedungkang, Kecamatan Batang Lupar, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, menjadi destinasi menarik yang menawarkan lebih dari sekadar panorama alam menawan. (Foto: Humas BNPP RI)

Bukit Babi di Dusun Kedungkang, Kecamatan Batang Lupar, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, menjadi destinasi menarik yang menawarkan lebih dari sekadar panorama alam menawan.

Berada sekitar 65 kilometer dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau dan 129 kilometer dari pusat kota Putussibau, Bukit Babi menyuguhkan pemandangan langsung ke Danau Sentarum sekaligus menyimpan cerita bersejarah yang hidup dalam budaya masyarakat Dayak Iban.

Salah seorang warga asli Dusun Kedungkang, Viktor, yang juga sebagai pegawai dari PLBN Badau, menjelaskan bahwa nama “Bukit Babi” bukanlah nama sembarangan. Sebutan itu berasal dari cerita nyata yang diwariskan secara turun-temurun oleh warga lokal.

Dahulu kala, puncak bukit ini memiliki sebuah kubangan besar yang menjadi tempat favorit kawanan babi hutan liar berkumpul dan mandi. Saat wilayah itu masih belum terjamah dari aktivitas manusia, termasuk perburuan, masyarakat Dayak Iban kerapkali berburu ke area tersebut dan hampir selalu menemukan babi hutan sedang berkubang.

“Peristiwa itu terjadi berulang-ulang sehingga lama-kelamaan masyarakat menamai tempat itu sebagai Bukit Babi. Nama ini kini menjadi bagian dari identitas budaya kami,” kata Viktor.

Kini, meskipun babi hutan sudah jarang terlihat dan aktivitas perburuan telah berkurang, nama Bukit Babi tetap lestari. Bukit ini justru berkembang menjadi destinasi wisata alam terbuka yang semakin digemari, khususnya oleh komunitas muda dan pencinta alam.

Dari puncaknya, pengunjung disuguhi panorama spektakuler ke arah Danau Sentarum, yang terkenal sebagai danau musiman dan bagian dari Taman Nasional Danau Sentarum.

Saat musim hujan, Danau Sentarum membentang luas laksana lautan, sementara di musim kemarau ia berubah menjadi padang luas yang mengungkapkan keanekaragaman hayati di sekitarnya. Perubahan lanskap yang dramatis ini menjadikan Bukit Babi sebagai tempat yang tidak pernah kehilangan pesonanya.

Tidak hanya cocok untuk kegiatan berkemah dan menikmati matahari terbit, Bukit Babi juga menawarkan suasana tenang, udara sejuk, serta hamparan alam terbuka yang memanjakan mata.

“Bukit Babi menyimpan potensi besar sebagai destinasi wisata berbasis alam dan budaya yang bisa dikembangkan untuk mendukung ekonomi lokal,” cetus Kepala PLBN Badau, Wendelinus Fanu.

Wendelinus menambahkan bahwa posisi Bukit Babi yang strategis dan mudah dijangkau dari perbatasan menjadikannya salah satu aset wisata penting bagi kawasan Badau. “Kami di PLBN Badau mendorong kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pelaku usaha untuk mengelola potensi ini secara berkelanjutan,” ujarnya.

Pemerintah desa bersama masyarakat Dusun Kedungkang saat ini perlahan membuka ruang bagi pengembangan wisata berbasis komunitas. Langkah ini dilakukan dengan tetap mengedepankan pelestarian budaya serta perlindungan lingkungan alam sekitar.

Dengan warisan sejarah yang kuat, lanskap alam yang indah, dan potensi pariwisata berkelanjutan yang besar, Bukit Babi bukan hanya menjadi tempat berkemah atau berswafoto semata, tetapi juga simbol harmoni antara manusia dan alam yang tumbuh di jantung perbatasan Kalimantan Barat.

Pesona Bukit Babi menjadi sebuah bukti bahwa perbatasan tak hanya sebagai garis pemisah, tetapi juga jendela menuju kekayaan budaya dan keindahan alam Indonesia.

(Penulis: Betuel Mimin/BNPP RI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *