Pesona alam Kalimantan Barat seolah tak pernah pudar. Ikan hias bernilai tinggi pun muncul sebagai simbol kearifan lokal dan pelestarian lingkungan di sana. Ia adalah arwana super red. (Foto: Kementerian Kelautan dan Perikanan RI)
KAPUAS HULU — Pesona alam Kalimantan Barat seolah tak pernah pudar. Ikan hias bernilai tinggi pun muncul sebagai simbol kearifan lokal dan pelestarian lingkungan di sana. Ia adalah arwana super red.
Spesies endemik dari Danau Sentarum ini tidak hanya dikenal karena keindahan sisiknya yang merah menyala, tapi juga karena kontribusinya dalam mendukung ekonomi masyarakat di sekitar kawasan perbatasan.
Danau Sentarum, yang terletak tidak jauh dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau, menyimpan kekayaan hayati yang luar biasa. Salah satu yang paling menonjol adalah arwana super red, ikan hias eksotis yang kini menjadi ikon Kalimantan Barat dan daya tarik utama wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.
Arwana super red bukan hanya memikat karena keindahan dan kelangkaannya. Bagi masyarakat adat di sekitar Danau Sentarum, arwana telah menjadi bagian dari kehidupan mereka sejak lama.
Ikan ini dahulu dianggap sebagai indikator musim dan penjaga kejernihan air, namun kini menjelma menjadi sumber ekonomi yang menjanjikan sekaligus simbol budaya yang membanggakan.
Yafet, seorang warga lokal yang tinggal di sekitar danau, telah membuktikan bahwa arwana dapat menjadi jalan menuju kesejahteraan apabila dikelola dengan bijak. Memulai dari skala kecil, kini Yafet sukses membudidayakan belasan ekor arwana super red secara legal.
“Awalnya hanya coba-coba bantu orang lain. Sekarang sudah bisa pelihara sendiri. Dari tiga ekor, sekarang sudah belasan,” ujar Yafet sambil menunjukkan kolam kecil di samping rumahnya belum lama ini.
Yafet menambahkan, arwana tidak bisa dipelihara sembarangan. Proses budidaya harus mengikuti aturan ketat, termasuk kepemilikan sertifikat dan pemasangan chip identitas sebagai syarat untuk penjualan resmi.
“Kalau ada sertifikat dan chip, harganya bisa lebih tinggi. Pembeli juga lebih percaya. Ada yang pesan sampai ke Pontianak dan luar negeri,” kata Yafet.
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan ekologis, Yafet juga aktif dalam kelompok masyarakat pengawas dan turut serta dalam menetapkan zona penangkapan arwana di Danau Sentarum. Ia menyadari pentingnya menjaga populasi arwana agar tetap lestari.
“Kalau kita ambil semua dari danau, nanti habis. Jadi harus jaga. Ada aturan hari-hari tertentu dilarang tangkap, apalagi yang masih kecil,” jelas Yafet.
Kepala PLBN Badau, Wendelinus Fanu, mengapresiasi upaya masyarakat dalam menjaga ekosistem perbatasan dan memanfaatkan kekayaan alam secara berkelanjutan. Menurutnya, arwana super red bukan sekadar aset lokal, tetapi juga potensi nasional yang dapat memperkuat identitas kawasan perbatasan.
“Arwana super red telah menjelma menjadi simbol keharmonisan antara manusia dan alam. Ini bukti bahwa kawasan perbatasan kita tidak hanya strategis secara geopolitik, tetapi juga kaya secara ekologis dan budaya,” ujar Wendelinus Fanu.
Wendelinus juga menegaskan bahwa PLBN Badau siap menjadi jembatan penghubung bagi komoditas lokal seperti arwana agar dapat dikenal lebih luas, baik di pasar domestik maupun internasional.
Sebagai permata merah yang berenang tenang di tengah hutan dan danau, arwana super red telah membuktikan bahwa keindahan alam, bila dikelola dengan bijak, bisa membawa manfaat yang tak terhingga.
Dari Danau Sentarum hingga pasar internasional, arwana membawa pesan bahwa kekayaan perbatasan bukan hanya soal batas wilayah, tetapi juga tentang nilai yang hidup di dalamnya.
(Humas BNPP RI/Betuel Mimin/Bagas R)