Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) RI terus mendorong transformasi kawasan perbatasan melalui penguatan fungsi Pos Lintas Batas Negara (PLBN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan budaya. Salah satu upaya konkret dilakukan di PLBN Motaain, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), melalui pertemuan strategis bersama Pemerintah Kabupaten Belu, Rabu (23/7/2025). (Foto: Humas BNPP RI)
BELU, NTT — Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) RI terus mendorong transformasi kawasan perbatasan melalui penguatan fungsi Pos Lintas Batas Negara (PLBN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan budaya. Salah satu upaya konkret dilakukan di PLBN Motaain, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), melalui pertemuan strategis bersama Pemerintah Kabupaten Belu, Rabu (23/7/2025).
Pertemuan ini dihadiri oleh Kepala Biro Keuangan, Umum, dan Humas BNPP RI, Fauzan Hasan, sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Belu, serta perwakilan pemerintah kecamatan dan desa di sekitar PLBN Motaain.
Fokus utama agenda ini adalah membahas optimalisasi pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN) yang berada di Kawasan PLBN untuk mendukung pembangunan sosial-ekonomi serta peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“BMN yang berada di PLBN Motaain harus bisa dimanfaatkan secara maksimal, tidak hanya untuk mendukung pelayanan lintas batas, tetapi juga sebagai pengungkit pertumbuhan ekonomi lokal dan integrasi sosial-budaya di wilayah perbatasan,” kata Fauzan Hasan.
Fauzan Hasan juga menekankan pentingnya keterlibatan aktif pemerintah daerah (pemda) dalam pengelolaan aset negara agar manfaatnya dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat.
BNPP RI membuka peluang bagi Pemerintah Kabupaten Belu untuk mengelola sejumlah fasilitas publik di dalam kawasan PLBN Motaain, seperti Mini Market, ruang koperasi, area parkir, dan pasar perbatasan.
Seluruh fasilitas tersebut dapat dioperasikan oleh koperasi lokal, kelompok masyarakat binaan, maupun pemerintah desa sebagai bagian dari strategi pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal.
Kepala PLBN Motaain, Maria Fatima Rika, mengungkapkan bahwa masih banyak fasilitas yang belum dimanfaatkan secara optimal, namun menyimpan potensi besar bila dikelola secara kolaboratif.
“Kami membuka kesempatan kepada pemda, pemerintah desa, hingga pelaku UMKM untuk bersama-sama mengelola fasilitas yang ada. Ini adalah langkah konkret menjadikan PLBN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan budaya di tapal batas,” tegas Maria Fatima Rika.
Sejumlah usulan strategis juga turut mengemuka dalam forum, di antaranya perpanjangan jam operasional PLBN, penyelenggaraan event lokal secara rutin, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di kawasan perbatasan.
Pertemuan ini juga menjadi bagian dari launching Pilot Project program inovatif bertajuk PLBN SAKTI (Sentra Aktivitas Kreatif Tapal Batas), yang akan berlangsung pada 14-15 Agustus 2025.
Festival ini akan menyuguhkan beragam agenda, seperti Freedom Border Run 10K, lomba catur dan panco, bazar UMKM, donor darah, pemeriksaan kesehatan gratis, layanan SIM Keliling, hingga sosialisasi keselamatan berlalu lintas dan demo safety riding bersama Kapolda NTT, serta panggung hiburan rakyat yang melibatkan seniman lokal.
Kegiatan tersebut diharapkan mampu menghidupkan kembali kawasan PLBN Motaain sebagai ruang interaksi lintas budaya, sekaligus menegaskan peran PLBN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di tapal batas.
Melalui kolaborasi lintas sektor antara BNPP RI dan Pemerintah Kabupaten Belu, transformasi PLBN Motaain kini tidak lagi menjadi wacana semata. Dengan dukungan program PLBN SAKTI, kawasan perbatasan diarahkan menjadi ruang hidup yang produktif hingga menjadi tempat bertemunya geliat ekonomi, kekuatan budaya, dan semangat kolaborasi masyarakat di Kawasan perbatasan.
(Yohanes Mario Uran/BNPP RI)